Sedikit namun utuh. Buka utuh namun sedikit. Utuh itu melengkapi semua dan saling melengkapi hingga semua bisa utuh dan tertutupi.
Utuh itu bahagia. Bersatu dan berkesinambungan. Dapat melewati dan merasakan setiap jalan yang dilalui. Aku merasakan. Kamu merasakan.
Tak ada yang keluar dan tak ada yang mau. Semua ingin di jalan itu. Bersama-sama sampai akhirnya terputus.
Jalan itu hilang terbang dibawa angin dan waktu. Ada yang hilang 1 arah, 2 arah, 3, 4, bahkan ada yang tidak kehilangan.
Tidak kehilangan dan merasa sama. Walaupun angin dan waktu telah berusaha membawanya pergi.
Jalan itu ada juga yang sudah berubah. Berubah total. Sampai lupa membangun jalan itu kembali.
Tapi.. Walau misal. Misal jalan itu dibangun lagi. Aku tahu, pasti gak akan seberguna dahulu. Pasti ada cacatnya. Pasti ada yang keluar dari jalan itu.
Aku kehilangan sedikit sekali jalanku. Jalanku yang lain masih dihati. Jalan yang berbentuk angka enam. 6. 6......8.
Sampai akhirnya aku harus jadi banci. Aku tahu, Tuhan sebel sama banci. Tapi....em entah aku sering galau soal itu.
Mereka sudah tidak berjalan sama denganku. Bukan delapan yang tak pernah putus jalannya dan selalu mempertemukan. Tapi sudah berubah jalan. Menjadi 1, 2, 3 dan seterusnya..
Tapi semua angka, bersumber dari delapan. Delapan yang sempurna. Semua rangkaian keindahan ada di delapan. Yang nantinya waktu akan mengganggumu dan menggangguku.